DAFTAR ISI
BAB I : PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU
JIWA
PENDIDIKAN
BAB II : PERANA ILMU JIWA PENDIDIKAN DALAM
DUNIA
PENDIDIKAN
BAB III : TEORI-TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB IV : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA
BAB V : PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN
BAB VI : CIRI-CIRI KEMATANGAN
BAB VII : KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI
BAB VIII : TIPE-TIPE DAN KESULITAN BELAJAR
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN
1. Pengertian Ilmu Jiwa
Pendidikan
Ilmu jiwa
pendidikan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua
kata, yaitu Psikologi dan Pendidikan. Psikologi terdiri dari dua
kata bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu
jiwa.
Menurut
Barlow, psikologi pendidikan sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi
yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan
tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.
Menurut Alice Crow,
ilmu jiwa pendidikan studi tentang belajar, pertumbuhan dan kematangan individu
serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi manusia yang mempengaruhi
mengajar dan belajar.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan
adalah ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
gejala-gejala kejiwaan (tingkah laku) individu di dalam situasi pendidikan.
2. Ruang Lingkup Ilmu Jiwa
Pendidikan
Pendidikan
pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Karena
itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan selain teori-teori
psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa
khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar-mengajar.
Crow and Crow
mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi pendidikan, yang
dengan demikian merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain.
a. Sampai sejauh mana
faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar.
b. Sifat-sifat dari proses
belajar.
c. Hubungan antara tingkat
kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness).
d. Signifikansi pendidikan
terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan
belajar.
e. Perubahan-perubahan jiwa
(inner changes) yang terjadi selama dalam belajar.
f. Hubungan antara
prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar.
g. Teknik-teknik yang
sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar.
h. Pengaruh/akibat relatif
dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap
suatu individu.
i.
Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah.
j.
Akibat/pengaruh psikologi (psychological impact) yang ditimbulkan
oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.
Dari seluruh
proses pendidikan kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok.
Hal ini bermakna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
terpulang kepada proses belajar siswa baik ketika ia berada di dalam kelas
maupun di luar kelas.
BAB II
PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Guna ilmu jiwa pendidikan bagi
guru atau calon guru adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat
mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, cara belajar dan bimbingannya serta bagaimana cara
mengawasi hasil belajar yang tepat.
Dengan demikian, dapat dipastikan
bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah pendekatan ilmiah. Karenanya
disamping sebagai psikologi praktis, psikologi pendidikan juga bersifat
teoritis. Kembali kemasalah
belajar-mengajar dan hubungannya dengan psikologi pendidikan, unsur utama dalam
pelaksanaan sebuah system pendidikan di mana pun adalah proses belajar
mengajar. Di tengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak
terkecuali apakah di tempat formal atau non formal, terdapat seorang tokoh yang
disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam
mengelola belajar-mengajar tersebut adalah psikologi praktis dan psikologi
pendidikan.
Secara umum psikologi pendidikan
mmerupakan alat bantu yang penting bagi para penyenggara pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian, karena
prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir
dan bertindak dalam mengelolah proses belajar-mengajar. Sedangkan proses
tersebut, sebagaimana telah dijelaskan, adalah unsur utama dalam pelaksanaan
setiap system pendidikan.
Inti persoalan psikologis dalam
proses pendidikan adalah terletak pada anak didik, sebab pendidikan pada
hakikatnya adalah pelayanan bagi anak didik. Agar pelayanan itu mengubah
tingkah laku anak didik ke arah
perkembangan pribadi yang optimal, maka pelayanan itu hendaknya sesuai
dengan sifat dan hakikat anak didik. Hal ini merupakan inti pembahasan dari
psikologi pendidikan
BAB III
TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR
1. Teori-Teori Belajar
Psikologi Behavioristik.
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog
behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorists”
atau juga disebut “ S - R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa
tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau
penguatan (reinforciment) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah
laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan
stimulasinya.
a. Teori-Teori yang
Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik.
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya
teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan
Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar
merupakan proses pembentukankoneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori
ini sering disebut “trial and error learning”. Cirri belajar trial and
error yaitu :
1. Ada motiv pendorong
aktivitas
2. Ada berbagai respon
terhadap situasi
3. Ada eleminasi
respon-responyang gagal/salah
4. Ada kemajuan
reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penilitiannya itu Thorndike menemukan hukum-hukum :
1. Law of readiness
2. Law of exercise
3. Law of effect
Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya
refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Sedangkan
menurut Guhtrie adalah suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu
gerakan.
b. Skinner’s Operant
Conditioning.
Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai
faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi
adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Dalam pengajaran, “operants conditioning” menjamin respon terhadap
stimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru
tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya kearah tujuan behavior.
2. Teori-Teori Belajar
Psikologi Kognitif.
Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya
dikontrol oleh reward dan reinforcement. Aliran kognitifis berpendapat, tingkah
laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar,
seseorang terlibat langsung dalam situasi itu memperoleh “insight” untuk
pemecahan masalah.
a. Awal Pertumbuhannya
Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif.
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar
gestalt. Suatu konsep yang terpenting dalam psikologi gestalt adalah tentang
“insight”, yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan
antar bagian-bagian di dalam situasi permasalahan.
b. Teori Belajar “Cognitive
Field” dari Lewin.
Kurt Lewin (1892-1947), mengembangkan suatu teori belajar “cognitive
field” dengan menaruh perhatian kepada kepribadian psikologi sosial. Lewin
memandang masing-masing individuberada di dalam suatu medan kekuatan, yang
bersifat psikologis.
c. Teori Belajar “Cognitive
Developmental” dari Piaget.
Piaget adalah seorang psikolog “developmental” (proses berpikir),
menurut Piaget pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan
mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak
kuantitatif, melainkan kualitatif.
d. Jerome Bruner “Discovery
Learning” nya.
J. Bruner mengambil pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan secara aktif di dalam kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa
yang disebut “discovery learning”, yaitu di mana murid mengorganisasi
bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
3. Teori-Teori Belajar
Psikologi Humanistis.
a. Orientasi.
Perhatian
psikologi humanistik yang tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
b. Awal Timbulnya Psikologi
Humanistis.
Psikologi
humanistis muncul tahun 1940, orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa
dalam perkembangan ini, misalnya ahli psikologi klinik dan pekerja sosial,
bukan merupakan hasil dari penilitian dalam bidang proses belajar. Psikologi
ini berusaha untuk memahamiperilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver),
bukan dari pengamat (observer).
c. Behaviorisme Versus
Humanistis.
Psikologi
behavioral dan humanistis mempunyai pandangan yang sangat berbeda yang dikenal
dengan freedom determination issue. Para behavioris memandang orang
sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungannya.
Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan
perilaku mereka sendiri.
d. Tokoh-Tokoh Humanistis.
1. Combs
Combs dan
kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku orang kita
harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Perilaku buruk itu
sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
2. Maslow
Teori
didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :
Pertama, suatu usaha yang positif untuk berkembang. Kedua
,kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri
masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk
berusaha atau berkembang dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah
keutuhan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga
ia dapat menirima diri sendiri (self).
3. Rogers
Dalam bukunya “Freedom
to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang
penting, di antaranya :
1. Manusia itu mempunyai
kemampuan untuk belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan
terjadi apabila subject metter dirasakan murid.
3. Belajar yang menyangkut
suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri.
4. Tugas-tugas belajar yang
mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan.
5. Pengalaman dapat
diperoleh dengan cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna
diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar
bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar atas inisiatif
sendiri yang melibatkan pribadi siswa yang seutuhnya.
9. Kepercayaan terhadap
diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas.
10. Belajar yang paling
berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belejar mengenai proses
belajar.
4. Tujuan Belajar
Adapun tujuan
belajar adalah sebagai berikut :
a. Belajar adalah suatu
usaha, perbutan yang dilakukan secara sungguh-sungguh.
b. Belajar bertujuan
mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.
c. Belajar bertujuan mengubah
kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik.
d. Dengan belajar dapat
mengubah keterampilan.
e. Belajar bertujuan
menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
5. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam proses
belajar itu terdapat beberapa prinsip dalam belajar adapun prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kematangan Jasmani dan
Rohani
b. Memiliki Kesiapan dalam
Proses Belajar
c. Memahami Tujuan dalam
Belajar
d. Memiliki Sifat
Kesungguhan dalam Belajar.
e. Ulangan dan Latihan (Evaluasi)
6. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Belajar
Berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian
hasil belajar yaitu berasala dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula
dari luar dirinya.
Di bawah ini
dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar, di
antaranya :
a. Faktor Internal (yang
Berasal dari dalam Diri)
Faktor
internal di bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Kesehatan Jasmani dan
Rohani
2. Intelegensi dan Bakat
3. Minat dan Motivasi
4. Cara Belajar
b. Faktor Eksternal (yang
Berasal dari Luar Diri)
Faktor
eksternal juga di bagi menjadi beberapa bagian, di antaranya :
1. Faktor Keluarga
2. Faktor Sekolah
3. Faktor Masyarakat, dan
4. Faktor Lingkungan
Sekitar
BAB IV
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN MANUSIA
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai
akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa
pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi
besar, dan sebagainya.
Dari uraian
diatas dapat diartikan pertumbuhan pribadi sebagai berubahan kuantitatif pada
materiil pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, Seperti
rambut, tulang, dan sebagainya itu tidak dapat dikatakan berkembang melainkan
bertumbuh atau tumbuh.
2. Peristiwa Pertumbuhan
Pribadi Manusia
Peristiwa
pertumbuhan pribadi manusia bertolak dari peristiwa awal herediter. Manusia
terbentuk dari materiil yang lemah (Genetis). Manusia secara genetis
mula-mula terjadi dari satu sperma dan satu telur. Satu sperma memasuki sebuah
telur dan satu individu baru mulai membentuk diri. Kehidupan awal dari individu
sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu yang mengandungnya. Sedangkan peranan ayah
dalam menumbuhkan individu baru hanyalah memberikan kemungkinan yang tepat agar
individu itu terkonsep.
3. Hukum-Hukum yang Mengatur
Pertumbuhan
Dalam pertumbuhan
itu ada hukum-hukum yang mengaturnya, adapun hukum-hukumnya adalah sebagai
berikut :
a. Pertumbuhan Adalah
Kuantitatif serta Kualitatif
b. Pertumbuhan Merupakan
suatu Proses yang Berkesinambungan dan Teratur
c. Tempok Pertumbuhan
Adalah Tidak Sama
d. Taraf Perkembangan
Berbagai Aspek Pertumbuhan Adalah Berbeda-Beda
e. Kecepatan seta Pola
Pertumbuhan dapat Dimodifikasi oleh Kondisi-Kondisi di Dalam dan di Luar Badan
f. Masing-Masing Individu
Tumbuh Menurut Caranya Sendiri yang Unik
g. Pertumbuhan Adalah
kompleks, dan Semua Aspeknya Saling Berhubungan
4. Aspek-Aspek yang
Mempengaruhi Pertumbuhan
Pertumbuhan yang
menyangkut perubahan materiil dan struktur fisiologis, sangat dipengaruhi oleh
aspek-aspek tertentu yang mana aspek-aspek itu sendiri saling berhubungan.
Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi :
a. Anak Sebagai Keseluruhan
b. Umur mental anak
mempengaruhi pertumbuhan
c. Permasalahan Tingkah
Laku Sering Berhubungan Dengan Pola-Pola Pertumbuhan
d. Penyesuaian Pribadi dan
Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan.
5. Pertumbuhan Fisik yang
Normal
Pertumbuhan
tidak selalu diikuti dengan perkembangan. Anak atau orang dewasa dapt tumbuh
menjadi sanagt gemuk dan berat, namun pertumbuhan semacam itu belum tentu
diikuti dengan kematangan yang berarti atau efektivitas pribadi yang besar.
Dapat kita
simpulkan bahwa tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang tumbuh
mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Karena itu, dibedakan
antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah
maupun yang rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang
menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan. Adapun dua
bagian kondisional pribadi manusia itu meliputi
a. Bagian pribadi materiil
yang kuantitatif
b. Bagian pribadi
fungsional yang kualitatif
Kenyataan
itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.
6. Perkembangan
Perkembangan pribadi
dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian
akibat dari pertumbuhan dan belajar. Fungsi-fungsi kepribadian manusia
berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi
kepribadian yang jasmaniah misalnya :
a. Fungsi motorik pada bagian-bagian
tubuh
b. Fungsi sensoris pada
alat-alat indra
c. Fungsi neurotik pada
system saraf
d. Fungsi seksual pada
bagian-bagian tubuh yang erotis
e. Fungsi pernapasan pada
alat pernapasan
f. Fungsi peredaran darah
pada jantung dan urat-urat nadi
g. Fungsi pencernaan makanan
pada alat pencernaan
Sedangkan
fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan, misalnya :
a. Fungsi perhatian
b. Fungsi pengamatan
c. Fungsi tanggapan
d. Fungsi ingatan
e. Fungsi fantasi
f. Fungsi pikiran
g. Fungsi perasaan
h. Fungsi kemauan.
7. Hukum-Hukum Perkembangan
Perkembangan
yang tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, kematangan fungsi-fungsi
jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan. Adapun
hukum-hukum dalam perkembangan adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan adalah
kualitatif
b. Perkembangan sangat
dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar
c. Usia sangat mempengaruhi
perkembangan
d. Masing-masing individu
mempunyai tempo perkembangan yang berda-beda
e. Dalam keseruhan periode
perkembangan, setiap spesies berkembang individu mengikuti pola umum yang sama
f. Perkembangan dipengaruhi
oleh hereditas dan lingkungan
g. Perkembangan lambat
dapat dipercepat
h. Perkembangan meliputi
proses individuasi dan integrasi
8. Tahap-Tahap Perkembangan
Pribadi Manusia
Perkembangan pribadi
manusia meliputi beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan
fisiologis, perkembangan psikologis, perkembangan sosial, dan perkembangan
didaktis atau pedagogis. Tahap-tahap perkembangan untuk tiap-tiap aspek
tersebut tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap pada tiap-tiap
aspek secara umum.
a. Tahap-taha perkembangan
fisiologis
Freud
mengemukakan adanya 6 tahap perkembangan fisiologis manusia yang meliputi :
1. Tahap oral (umur 0
sampai 1 tahun)
2. Tahap anal (antara umur
1 tahun sampai 3 tahun)
3. Tahap falish (antar umur
3 tahun sampai 5 tahun)
4. tahap talent (antar 5
tahun sampai 12 dan 13 tahun)
5. tahap pubertas (antara
umur 12/13 tahun sampai 20 tahun)
6. Tahap genital (antara
umur 20 tahun dan seterusnya)
b. Tahap-tahap perkembangan
psikologis
Perkembangan
psikilogis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa. Menurut
Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan
manusia berlangsung dalam 5 tahap, sebagai berikut :
1. Tahap perkembangan masa
bayi (sejak lahir sampai umur 2 tahun)
2. Tahap perkembangan masa
kanak-kanak (antara umur 2 tahun sampai 12 tahun)
3. Tahap perkembangan pada
masa preadolesen (antara umur 12 tahun sampai 15 tahun)
4. Tahap perkembangan pada
masa adolesen (antara umur 15 tahun sampai 20 tahun)
5. Tahap masa pematangan
diri (setelah berumur 20 tahun)
9. Tahap-Tahap Perkembangan
Secara Pedagogis
Tahap-tahap
perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat dikemukakan di sisni
menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan teknis umum
penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan
pendidikan.
a. Tahap perkembangan pribadi
manusia dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan adalah :
1. Tahap enam tahun
pertama, tahap perkembangan fungsi pengindaraan
2. Tahap enam tahun kedua,
tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi
3. Tahap enam tahun ketiga,
tahap perkembangan fungsi intelektual
4. Tahap enam tahun
keempat, tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari
5. Tahap kematangan
pribadi.
b. Tahap perkembangan
pribadi manusia dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan adalah :
1. Untuk tahap perkembangan
pre-natal
2. Untuk anak dalam tahap
perkembangan vital
3. Untuk anak dalam tahap
perkembangan ingatan
4. Untuk anak dalam tahap
perkembangan keakuan
5. Untuk anak dalam tahap
perkembangan pengamatan
6. Untuk anak dalam tahap
perkembangan intelektual
7. Untuk anak dalam tahap
perkembangan pra-remaja
8. Untuk anak dalam tahap
perkembangan remaja
9. Untuk anak dalam tahap
perkembangan pematangan pribadi atau kedewasaan
Teori-teori
yang mempunyai pengaruh terhadap praktek-praktek pendidikan disekolah di
antaranya sebagai berikut :
a. Teori Nativisme
Menurut teori
ini anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, sifat-sifat
dan dasar-dasar yang dibawa sejak lahir itu dinamakan sifat-sifat pembawaan.
b. Teori Empirisme
Menurut teori
ini manusia tidak memiliki pembawaan. Seluruh perkembangan hidupnya sejak lahir
sampai dewasa semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar atau faktor
lingkungan hidup dan pendidikan.
c. Teori Naturalisme
Menurut teori
ini manusia itu pada dasarnya baik, ia jadi buruk dan jahat karena pengaruh
kebudayaannya.
d. Teori Rekapitulasi
Teori ini
mengatakan bahwa perkembangan individu merupakan ulangan dari perkembangan
jenisnya.
e. Teori konvergensi
Teori ini
berpendapat bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat
atau pembawaan dan lingkungan, atau oleh dasar dan ajar.
BAB V
PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN
1. Pembawaan
Setiap individu
yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti, bahwa
karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/pemindahan dari
cairan-cairan “germinal” dari pihak orang tua.warisan atau keturunan
yang dibawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang
tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari kedua belah pihak
(ayah dan ibunya). Adapun pembawaan seorang anak dari sejak lahir adalah :
a.
Bentuk tubuh dan warna kulit
Salah satu
warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan
warna kulit. Misalnya anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya,
wajah seperti ayahnya, warna kulit seperti ibunya.
b.
Sifat-sifat
Sifat-sifat
yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah,
atau nenek dan kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya : penyabar,
pemarah, kikir, dan sebagainya.
c.
Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang besrsifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum
tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan spikis seperti : abstrak, berpikir,
memahami dan sebagainya.
d.
Bakat
Bakat adalah
kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis yang dimiliki
seseorang. Misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, olahraga,
matematika, dan sebagainya.
e.
Penyakit atau cacat tubuh
Beberapa jenis penyakit atau cacat tubuh ada yang
berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, saraf, dan sebagainya.
2. Lingkungan
Lingkungan
sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu,
baik yang bersifat fisiologis yaitu, segala kondisi dan material jasmaniah di
dalam tubuh seperti gizi, vitamin, dan sebagainya. Yang bersifat psikologis
yaitu, mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu sejak dalam konsesi,
kelahiran sampai matinya. Misalnya, perasaan, keinginan, dan sebagainya. Adapun
yang bersifat sosio cultural yaitu, mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan
kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Misalnya
latihan, belajar, pendidikan, dan sebagainya. Adapun macam-macam lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu :
a.
Lingkungan Keluarga
b.
Lingkungan Sekolah
c.
Lingkungan Masyarakat
d.
Lingkungan Keadaan Alam Sekitar
3. Pengaruh Hereditas dan
Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
Setiap perkembangan
pribadi seseorang merupakan hasil interaksi antara hereditas dan lingkungan.
Individu dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan.
Heriditas dan lingkungan sama-sama berperan penting bagi perkembangan individu.
Jadi, jelaslah
bahwa ada dan sangat mungkin adanya hubungan dan pengaruh hereditas dan
lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Hubungan dan
pengaruh itu adalah :
a. Dalam bidang pertumbuhan
dan perkembangan fisik
b. Dalam bidang pertumbuhan
dan perkembangan mental
c. Dalam budang kesehatan
mental dan emosi serta kepribadian
d. Dalam hal sikap-sikap,
keyakinan, dan nilai-nilai.
BAB VI
CIRI-CIRI KEMATANGAN
Menurut teori Konvergensi bahwa
perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu dasar dan ajar
(bakat dan lingkungan). Keduanya sangat berpengaruh, bukan hanya dasar dan
bukan hanya ajar. Adapun tentang perkembangan para ahli mengemukakan beberapa
prinsip sebagai berikut.
a. Prinsip konvergensi,
bahwa perkembangan itu ditentutakan oleh dasar dan ajar, pembawaan dan
lingkungan.
b. Prinsip kematangan, efek
usaha belajar itu di tergantung pada kematangan seseorang dalam suatu fungsi.
c. Fungsi-fungsi psikis
berkembang bersama-sama, tidak timbul secara berurutan seperti pada teori
Rekapitulasi.
d. Perkembangan meliputi
diferensi dan integrasi.
e. Prinsip kesatuan
organis.
f. Prinsip tempo dan irama
perkembangan.
g. Tiap golongan individu (species)
mempunyai pola perkembangan yang sama.
h. Pertumbuhan dan
perkembangan membutuhkan asuhan.
Tentang
perkembangan itu sendiri para ahli mengemukakan sebagai berikut:
a. Menurut Aristoteles
Pembagiannya berdasarkan adanya perubahan-perubahan jasmani yang penting
ialah lebih kurang umur 7 tahun pertukaran gigi, umur lebih kurang 14 tahun,
tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder lainnya.
Pembagiannya:
0 – 7 tahun,
periode anak kecil,
7 – 14 tahun,
periode anak sekolah,
14 – 21 tahun,
periode pemuda.
b. Menurut Chalotte Buchler
Pembagiannya
adalah sebagai berikut, umur:
1.
0 – 7 tahun, masa timbulnya
dinamika dari subjek menuju ke objek.
2.
2 – 4 tahun, masa menyadari
“aku”-nya. Dia mengenal dunia secara subjektif.
3.
5 – 8 tahun, masa memasukkan
diri ke dalam masyarakat menuju kepada objekvitas.
4.
9 – 13 tahun, masa memisahkan
diri sendiri dari orang lain.
5.
14 – 19 tahun, masa mempertemukan sikap ke dalam dan ke luar.
c. Menurut Masrun, MA
1. 0 - 2 tahun, masa
vital.
2. 2 – 6 tahun, masa
kanak-kanak.
3. 6 – 12 tahun, masa
sekolah.
4. 12 – 18 tahun, masa
remaja.
5. 18 – 21 tahun, masa transisi dari remaja menuju
dewasa.
6. 21 - 24 tahun, telah matang jasmani dan rohaninya.
1. Hubungan Intelegensi
dengan Kehidupan Seseorang
Memang kecerdasan/intelegensi
seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi,
kehidupan adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan satu-satunya faktor sukses
tidaknya kehidupan seseorang, seperti faktor kesehatan, dan ada tidaknya
kesempatan.
Banyak di
antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan oleh,
kekurang mampuan bergaul dengan orang lain dalam masyarakat, atau kurang
memiliki cita-cita yang tinggi. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi
yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.
a. Dasar-dasar biologis
tingkah laku
Tingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf
merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis. System saraf terdiri
atas komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap- tiap neurons mengandung
tenaga yang berasal dari proses kimiawi
dan elektronik. Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan
dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya guna
merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.
b. Perubahan-perubahan
dalam otak yang menimbulkan kematangan
Perkembangan
struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hamper sempurna pada saat anak
tiba saatnya masuk sekolah dasar. Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah
perubahan-perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas
mental lebih banyak diakibatkan karena pengalaman atau belajar.
c. Kematangan membentuk
readinees
Kematangan
disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan
struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu
memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus
lingkungan.
Kematangan
adalah keadaan atau kondisi, bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau
dewasa pada suatu organism, baik terhadap satu sifat, bahkan seringkali semua
sifat.
2. Lingkungan atau Kultur
Sebagai Penyumbang Pembentukan Readiness
Memang, anak
megalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting
bagi pembentukan readiness, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa
perkembanganmereka tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping
akibat tumbuhnya pla-pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta
hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan
dan lain sebagainya.
a. Readiness dalam belajar
1. Pengertian dan
prinsip-prinsip pembentukan readiness
Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila
dalam dirinya sudah terdapat “readiness” (kemampuan) untuk mempelajari
sesuatu itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa masing-masing individu mempunyai
perbedaan individual, maka masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar
belakang perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya pola
pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing
individu.
2. Kematangan sebagai dasar
daripada pembentukan readiness
Individu
mengalami pertumbuhan material jasmaniahnya. Kecepatan pertumbuhan pada
masing-masing individu tidak sama. Perbedaan itu dapat disebabkan oleh karena
pengaruh fisiologis, psikologis, dan bahkan sosial.
b. Kematangan emosional
orang tua.
1. Perasaan dan emosi marah
Marah pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu
kebimbangan pemuda akan status sosialnya yang belum jelas dan stabil.
2. Perasaan dan emosi kasih
saying
Pemuda mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya. Rasa kasih
sayang yang kuat dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman
istimewa itu orang yang lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.
3. Perasaan dan emosi takut
Rasa takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang terasa asing
kebimbangan akan status sosialnya yang menentu dan jelas. Pernyataan takut itu
dinyatakan dalam bentuk kata-kata (tongue tied).
4. Kematangan emosional
orang tua dan pengaruhnya
Keadaan dan kematangan emosional orang tua mempengaruhi perkembangan anak
serta menetukan taraf pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada
anak dalam kehidupannya dalam keluarga. Dan taraf pemuasan kebutuhan psikologis
itu akan pula mempengaruhi dan menentukan proses pendewasaan anak tersebut.
BAB VII
KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI
1. Kemampuan
a. Pentingnya Mengenal Anak
Didik
Kita harus mengenal hal-hal yang umum yang
terdapat pada semua anak, dan hal-hal yang unik dan khusus. Hal-hal yang umum
merupakan dasar dan norma yang akan menolong pembimbing mengetahui ciri-ciri
unik pada tiap-tiap anak. Faktor-faktor umum yang perlu dikenal ialah :
1. Hakikat anak, anak bukan
manusia dalam bentuk kecil atau seorang dewasa minus beberapa hal yang belum
dimiliki.
2. Kebutuhan pokok anak,
tiap-tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu.
3. Langkah-langkah
perkembangan, perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani
juga.
Dapat
disimpulkan bahwa semua orang yang ikut berpartisipasi dalam proses pendidikan
dan pengajaran anak, hendaknya mengenal pribadi anak didik.
b. Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan adalah patokan generalisasi,
mengenai sebab akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
1. Hukum Kovergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan.
2. Hukum pertahanan dan pengembangan
diri
Setiap manusia memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari
hal-hal negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak aman, dan sebagainya.
3. Hukum masa peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus. Masa peka adalah
masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi
tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar