KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrohim
Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT. Tuhan
semesta alam penguasa dan pencipta alam semesta. Beribu-ribu bingkisan shalawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunngan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah mana beliau membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman terang-benderang yaitu Ad-Dinul Islam.
Dengan taufiq dan hidayah-Nya, Allhamdullilah
saya bisa menyelesaikan tugas makalah Program Study Akhlak dengan judul Balasan
Bagi Orang Yang Beriman dan Beramal Saleh dapat saya selesaikan
walaupun dengan jangka waktu yang cukup lama dan masih banyak terdapat
kekurangan. Hal ini dapat dimaklumi karena kemampuan saya sangatlah terbatas
dan kodrat saya sebagai manusia yang tak lepas dari salah dan lupa.
Penyelesaian dan penulisan makalah ini melalui proses yang cukup panjang dan
telah banyak melibatkan bantuan oranag lain. Oleh karna itu, dengan rasa hormat
dan kerendahan hati, saya menghaturkan untaian terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberi motifasi kepada saya
2. Dosen pembimbing yang telah membimbing saya.
3. Dan segenap pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Hanya kepada Allah SWT jualah saya menyerahakn semua kebaikan yang telah
diberikan, karena hanya Dialah yang dapat membalas kebaikan hamba-Nya dengan
kebaikan yang setimpal. Amin!
Akhirnya, saya menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, atas itu semua dengan tangan
terbuka dan rasa hormat saya membuka diri unutk berdialog dan menerima saran
dan kritik siapa saja demi kesempurnaan tugas-tugas selanjutnya. Semoga Allah
SWT selalu memberikan hidayah-Nya bagi kita semua. Amin!
BAB
II
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah kita ketahui iman, percaya atau yakin
merupakan inti dari lingkup sifat moral yang positif. Iman adalah sumber utama
dari semua kebaikan islam, iman itu menciptakan semua kebaikan itu, dan tidak
ada kebaikan dalam pemikiran islam, yang tidak didasarkan pada keyakinan penuh
akan Allah dan wahyu-Nya. Mengetahui struktur sematik dari percaya itu sendiri,
dapatlah diterima bahwa kita semua telah mengetahui semua hal penting itu,
karena dengan mencoba mengalisis secara sematik istilah-istilah utama sifat negatif
maka kita juga telah mendiskripsikan gambaran karakteristik orang beriman
yang sebenarnya dalam pengertian islam dari sisi yang belawanan, sebagaimana
adanya.
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang makalah ini yang
berjudul Balasan bagi Orang Yang Beriman dan Beramal Saleh marilah kita
kutip kembali pengertian iman dan amal saleh.
A.
Pengertian
Iman dan Amal Saleh
Iman dalam definisi para ulama
adalah kebenaran atau kepercayaan yang kita pahami dan kebenaran yang kita
yakini. Jadi disini kebenaran menyangkut aspek rasional dan emosional. Oleh
karena itu iman menyangkut pengetahuan akal dan keyakinan hati.
Iman dan amal saleh adalah
satu-kesatuan kebenaran yang sudah kita yakini dan pahami itu kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita merupakan penjelmaan dari apa yang kita
pikirkan dan rasakan. Ini membentuk cara kita bersikap atau berakhlak. Tahap
afiliasi ini merupakan tahap diri kita untuk menjadi saleh secara pribadi. Pada
umumnya kaum muslim baru pada komitmen ideologi (keyakinan umum) saja,
sedangkan dua komitmen lainnya belum termiliki. Adalah wajar jika perjalanannya
tersendat-sendat.
Beramal saleh berarti melakukan
kebenaran-kebenaran yang telah dipahaminya tadi. Jika orang sudah beriman dan
beramal saleh berarti, menurut Ibnu Qayyum, telah sempurna secara pribadi atau
orang tersebut telah saleh secara pribadi. Islam tidak menginginkan orang itu
menyimpan kesalehannya sendiri, tetapi sebaliknya, mendistribusikan
kesalehannya pada orang lain. Proses menditribusikannya kesalehan pada orang
lain itu juga berarti proses menjadi saleh secara sosial.
Mendistribusikan kesalehan kita
secara pribadi agar orang lain menjadi saleh, itu yang dimaksud dengan saling
berwasiat dalam kebenaran, kebenaran yang kita yakini dan amalkan. Jadi
kebenaran itu telah melalui tiga tahap dalam diri kita: teoritis
(pemahaman), emosional dan aplikasi. Sehingga keimanan bagi kita bukan
hanya sebuah pengetahuan melainkan juga sebuah pengalaman.
Oleh karna itu
pengetahuan yang sudah menjadi pengalaman, sudah membaur dan memcampuradukkan
akal, emosi dan cita rasa, inilah yang Rasulallah sebut dengan lezatnya iman.
Dan kita sudah sampai pada tahap ini, kita harus mendistribusikannya pada orang
lain. Orang yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan ketentraman hati
baik didunia maupun diakhirat dan juga akan mendapatkan tempat kembali yang baik
kelak diakhirat yaitu surga, sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ar’d ayat 29.
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# 4n1qèÛ óOßgs9 ß`ó¡ãmur 5>$t«tB ÇËÒÈ
Artinya :
“Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang
baik”. (QS, Ar-Ra’d, 29)
B.
Tipe Orang
Beriman yang Idealis
Bagaimana tipe orang yang beriman
dalam pandangan Al-Qur’an, atau bagaimana seharusnya gambaran karakteristik
dari iman. Secara singkat, bagaimana seseorang beriman yang idealis diharapkan
bertingkah laku secara sosial dan relegius. Ini semua merupakan permasalahan
yang paling penting yang harus kita tanyakan mengenai iman, dan tidak hanya
secara umum tetapi juga dari sudut pandang kita yang spesifik, karena
jawaban-jawaban atas pertanyaan itu akan menentukan isi sematik dari makna kata
iman (pecaya) dan orang yang beriman dalam konteks Al-Qur’an. Mari kita
mulai dengan sebuah ayat di mana iman secara eksklusif dinilai dalam berbagai
aspek religiusnya. Ayat ini mempunyai relevasi khusus dengan penelitian kita,
karena memuat sebuah definisi verbal yang hampir sempurna mengenai orang
beriman yang sesungguhnya, seperti firman Allah dalam surat Al-Anfaal, ayat 2-4.
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎnu tbqè=©.uqtGt ÇËÈ úïÏ%©!$# cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uy yYÏã óOÎgÎnu ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOÌ2 ÇÍÈ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia”. (QS, Al-Anfaal,
2-4).
Definisi verbal ini
menggambarkan orang yang beriman dalam pengertian kata yang benar sebagai orang
yang benar-benar saleh, yang di dalam hatinya selalu disebutkan asma Allah, dan
ini cukup untuk membangkitkan rasa khidmat yang mendalam, serta orang yang
keseluruhan hidupnya ditentukan oleh dorongan hatinya yang benar-benar
mendalam. Kutipan berikut lebih menunjukkan manifestasi luar dari kesalehan,
seperti firman Allah dalam surat
At-Taubah ayat, 112.
cqç6ͳ¯»F9$# crßÎ7»yèø9$# crßÏJ»ptø:$# cqßsÍ´¯»¡¡9$# cqãèÅ2º§9$# crßÉf»¡¡9$# tbrãÏBFy$# Å$rã÷èyJø9$$Î cqèd$¨Y9$#ur Ç`tã Ìx6YßJø9$# tbqÝàÏÿ»ysø9$#ur ÏrßçtÎ: «!$# 3 ÎÅe³our úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÊÊËÈ
Artinya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang
bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat yang ruku', yang sujud,
yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara
hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu”. (QS,
At-Taubah, 112).
Keyakinan yang sungguh-sungguh
akan menghasilkan motif yang paling kuat yang mendorong manusia untuk berbuat
baik, jika tidak demikian maka keyakinan itu belum sungguh-sungguh. Sikap yang
mendasar, seperti perasaan berdosa dan khidmat dihadapan Allah, patuh terhadap
perintah Allah, rasa syukur terhadap nikmat Allah, semua unsur inilah yang
memberikan ciri keimanan islam yang tertinggi, yang harus diwujudkan dalam
perbuatan baik (salihat) yang telah diakui secara resmi. Selanjutnya, mereka
harus menemukan ekspresi hampir setiap tindakan dalam hubungan antar manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan dasar antara keyakinan dengan perbuatan
baik ini, kemudian dalam teologi menunjukkan makna penting yang tinggi ketika
Murji’ah menganjurkan pertanyaan itu
dalam bentuk yang lebih keras denga menegaskan bahwa ’keyakinan’ merupakan perbuatan
yang sangat independent, apapun dosa yang telah dilakukan seseorang tidak
mempengaruhi diri seseorang sebagai ‘orang beriman’ yang sebenarnya jika hanya
kenyakinan yang ada.
Orang beriman yang sebenar-benarnya adalah
sebagai berikut: Sikap dasar hilm, mencurahkan ibadah secara konstan, takut
pada hari kiamat, memberikan zakat sebagai amal saleh yang paling penting,
tanpa dengan mengarah pada sifat kedermawanan jahiliyah yang sifatnya hanya menurutkan
kata hati dan sombong, menjauhi perbuatan jahil yang dilarang dengan tegas oleh
Allah, seperti politisme, membunuh mahluk hidup tanpa alasan yang benar,
berbuat zina, menghindari sumpah palsu dan omong kosong, perasaan yang tajam
terhadap makna terdalam dari wahyu, dan ketentraman serta kebahagian hidup di
dunia ini, berdasarkan harapan akan hari kemudian. Di mana kepatuhan absolute
pada yang diperintahkan oleh Allah dituntut atas semua orang yang beriman
karena merupakan syarat mutlak (sine qua non) dari keyakinan yang
sebenar-benarnya. Orang beriman yang sebenar-benarnya dalam pandangan Al-Qur’an
memberikan penekanan yang khusus.
C.
Hubungan
Antara Iman dan Amal Saleh
Kita akan menegaskan lebih dahulu,
bahwa ikatan yang paling kuat dari hubungan yang sematik yang mengikat saleh
dan iman bersama-sama kedalam suatu unit yang hampir tidak dapat
terpisahkan. Seperti banyangan yang mengikuti bentuk bendanya, di mana pun ada
iman maka terdapat salihat atau perbuatan baik, sedemikian
banyaknya sehingga kita hampir dapat merasa dibenarkan untuk mendefinisikan saleh
dalam hubungan dengan iman, dan iman dalam kaitannya dengan saleh.
Secara singkat salihat adalah
‘iman’ yang di ungkapkan sepenuhnya dalam perbuatan luar. Dan ungkapan: alladhina
amanu wa’amilual-salihat, ‘mereka yang beriman dan beramal saleh’,
merupakan salah satu frase yang paling sering digunakan dalam Al-Qur’an. ‘Mereka
yang beriman’ bukanlah orang yang beriman kecuali jika mereka memanifestasikan
keyakinan yang mereka miliki di dalam hati ke dalam perbuatan tertentu yang
pantas untuk memperoleh predikat saleh.
Sebagaimana telah saya tunjukkan
sebelumnya, hubungan erat antara ‘yakin’ dengan ‘perbuatan baik’ dalam konsepsi
Qur’anik ini kemudian dalam teologi memunculkan masalah yang sangat serius. Hal
ini terutama di sebabkan oleh kenyataan bahwa ungkapan ‘mereka yang beriman dan
beramal saleh’ dapat di interpretasikan dalam dua cara yang secara diametrik
berlawanan. Di satu pihak, ditegaskan bahwa unsur ini demikian tidak dapat
dipisahkan sehingga “yakin” tidak bisa dikonsepkan tanpa “amal perbuatan baik”,
yakin dengan kata lain, tidak dapat menjadi sempurna jika tanpa ‘amal perbuatan
baik’. Secara singkat ini adalah doktrin khawarij.
Di lain pihak, Al-Qur’an jelas
menggunakan dua konsep yang berbeda, yaitu ‘iman’ dengan salihat, yang
dapat diambil sebagai keterangan yang tidak dapat dibantah bahwa keduanya,
sebenaranya merupakan dua hal yang berbeda. Menurut pandangan yang kedua ini, yaitu
pandangan dari Murji’ah ‘yakin’ merupakan unit independen yang secara esensial
tidak memerlukan unsur lain untuk menjadi sempurna. Mengapa Allah memisahkannya
satu sama lain secara konseptual jika keduanya memang suatu keseluruhan yang
tidak dapat di analisis. Dalam hal ini, memang bukannlah permasalahan Qur’anik,
dan hal ini tidak kita bahas dalam konteks kita sekarang.
Kita harus kembali pada Al-Qur’an
itu sendiri dan bertanya: apakah ‘perbuatan’ baik itu. Secara kontekstual,
jelas bahwa ‘perbuatan baik’ adalah perbuatan saleh yang diperintahkan
oleh Allah kepada semua orang yang beriman. Sebenarnya ayat 77/83 yang
merupakan kelanjutan dari ayat yang di kutip itu dan yang diberikan sebagai
perjanjian Allah dengan kaum Israel,
dapat di ambil sebagai diskripsi ringkasan dari salihat. Perjanjian ini
memuat lima unsur
berikut: tidak menyembah selain Allah, berbuat baik (ihsan) terhadap orang tua, kerabat dekat, anak yatim,
dan orang yang membutuhkan, berbicara dengan baik kepada setiap orang,
melakukan shalat, dan membayar zakat.
Dari kedua contoh berikut, yang
pertama menekankan unsur monoteisme murni sebagai ‘amal salih’, dan yang kedua
membahas shalat dan zakat seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 277.
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# óOßgs9 öNèdãô_r& yZÏã öNÎgÎn/u wur ì$öqyz öNÎgøn=tæ wur öNèd cqçRtóst ÇËÐÐÈ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS, Al-Baqarah, 277).
Kata saleh tidak selalu
mengkualifikasikan perbuatan manusia, kadang-kadang kita menemukan kata itu
juga berlaku untuk manusia dengan suatu tipe tertentu. Suatu pembahasan singkat
mengenai beberapa contoh yang masuk kedalam katagori ini akan membantu kita
dalam menganalisis kandungan makna istilah ini.
D. Rumah Yang
Dijanjikan Bagi Orang Beriman dan Beramal Saleh (Surga)
Allah
menjajikan bagi orang-orang yang beriman dan bagi orang-orang yang beramal saleh
berupa cendera mata yaitu surga, Allah berfirman dalam surat As-Sajdah
ayat, 17
xsù ãNn=÷ès? Ó§øÿtR !$¨B uÅ"÷zé& Mçlm; `ÏiB Ío§è% &ûãüôãr& Lä!#ty_ $yJÎ/ (#qçR%x. tbqè=yJ÷èt ÇÊÐÈ
Artinya:
Tiada seorang pun tahu cendera mata apa yang masih
tersembunyi bagi mereka sebagai balasan atas amal kebaikan yang mereka lakukan. (َََِِِQS. As-Sajdah, 17)
Surga
adalah tempat yang dijanjikan bagi kaum muslim atas keimanan dan amal sholeh
mereka kepada Allah dan ketaatan mereka kepada-Nya. Surga, sebagaimana terpapar
dalam banyak ayat, merupakan tempat yang diselimuti dengan aneka jenis berkah
dan merupakan tempat tinggal kebahagiaan abadi. Allah menghadiahkan surga bagi
orang-orang yang beriman dan beramal sholeh sebagai pahala atas amal mereka di
dunia. Surga adalah tempat pengungkapan sifat pemurah Allah (kemurahan yang
hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh kepada
Yang Maha Pemurah, Yang mengganjar orang-orang yang menggunakan berkah-Nya
dengan tepat dengan berkah lain yang abadi dan lebih unggul). Karena itu, surga
merupakan rumah kebahagiaan yang mengandung segala hal yang mungkin diinginkan
oleh jiwa manusia melebihi paparan ayat-ayat tersebut.
Dalam
benak sebagian manusia, kata “surga” membangkitkan pikiran yang agak
terbatas, karena mereka menduga surga tempat keindahan alamiah belaka, seperti
taman ria. Akan tetapi, surga yang merupakan pikiran ini amat berbeda dengan
surga yang terpapar dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an, surga dipaparkan sebagai
tempat yang mengandung segala yang mungkin dikehendaki oleh manusia seperti
firman Allah dalam surat Az-Zukhruf ayat 71:
ß$$sÜã NÍkön=tã 7$$ysÅÁÎ/ `ÏiB 5=yds 5>#uqø.r&ur ( $ygÏùur $tB ÏmÎgtGô±n@ ߧàÿRF{$# %s#s?ur ÚúãüôãF{$# ( óOçFRr&ur $ygÏù crà$Î#»yz ÇÐÊÈ
Artinya:
Diedarkan kepada
mereka pinggan dan piala emas, di dalamnya ada yang menjadi idaman dan sedap
dipandang mata, dan kamu akan kekal di dalamnya. (QS Az-Zukhruf, 71)
Di
ayat lain, kita diberi tahu bahwa di surga bahkan terdapat lebih dari yang bisa
diinginkan oleh manusia:
Mçlm; $¨B tbrâä!$t±o $pkÏù $oY÷t$s!ur ÓÌtB ÇÌÎÈ
Artinya:
“Mereka di
dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi kami ada
tambahannya”. (QS,
Qaaf, 35)
Dengan
kata lain, berlawanan dengan kepercayaan umum, surga menawarkan berkah yang
berlimpah, berkah yang belum terlihat oleh manusia sepanjang hayat mereka di
dunia ini dan bahkan tak terbayangkan oleh mereka. Orang-orang beriman dan beramal saleh akan diberi pahala
kehidupan kekal di surga atas ketaatan mereka kepada Allah semasa hidup di
dunia dan atas jalan hidup mereka yang menuruti kehendak-Nya. Surga yang
dijanjikan bagi orang-orang beriman dan beramal saleh ini dijelaskan dalam
berbagai ayat seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 25.
ÎÅe³o0ur úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; ;M»¨Yy_ ÌøgrB `ÏB $ygÏFøtrB ã»yg÷RF{$# ( $yJ¯=à2 (#qè%Îâ $pk÷]ÏB `ÏB ;otyJrO $]%øÍh (#qä9$s% #x»yd Ï%©!$# $oYø%Îâ `ÏB ã@ö6s% ( (#qè?é&ur ¾ÏmÎ/ $YgÎ7»t±tFãB ( óOßgs9ur !$ygÏù Ólºurør& ×ot£gsÜB ( öNèdur $ygÏù crà$Î#»yz ÇËÎÈ
Artinya:
“Dan sampaikanlah
berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, setiap mereka
diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah
yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang
serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka
kekal di dalamnya”. (QS, Al-Baqarah, 25)
Allah juga berfirman dalam surat Al-Hijr, ayat 45-48
cÎ) tûüÉ)GßJø9$# Îû ;M»¨Zy_ Abqãããur ÇÍÎÈ $ydqè=äz÷$# AO»n=|¡Î0 tûüÏZÏB#uä ÇÍÏÈ $oYôãttRur $tB Îû NÏdÍrßß¹ ô`ÏiB @e@Ïî $ºRºuq÷zÎ) 4n?tã 9ãß tû,Î#Î7»s)tGB ÇÍÐÈ w öNßg¡yJt $ygÏù Ò=|ÁtR $tBur Nèd $pk÷]ÏiB tûüÅ_t÷ßJÎ/ ÇÍÑÈ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga
(taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan
kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman”. Dan kami
lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka
merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak
merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan
daripadanya”. (QS, Al-Hijr,
45-48)
Allah
juga menjelaskan dalam surat Al-Ankabuut ayat 58, bahwasannya orang yang
beriman dan orang yang beramal saleh akan diberi tempat kediaman di surga.
tûïÏ%©!$#ur
(#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
Nßg¨ZsÈhqt6ãZs9 z`ÏiB
Ïp¨Ypgø:$# $]ùtäî
ÌøgrB
`ÏB
$uhÏGøtrB
ã»yg÷RF{$#
tûïÏ$Î#»yz $pkÏù 4
zN÷èÏR ãô_r& tû,Î#ÏJ»yèø9$# ÇÎÑÈ
Artinya:
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh,
Sesungguhnya akan kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang Tinggi di dalam
syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya.
Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal“. (QS,
Al-Ankabuut, 58)
E.
Pahala Bagi Orang yang Beriman dan Beramal Saleh
Sementara
kenyataan bahwa zat (Allah) dan waktu merupakan serapan mengkhawatirkan para
materialis, kenyataan sebaliknya berlaku bagi orang beriman dan beramal saleh.
Orang beriman menjadi sangat senang ketika mereka menyerap rahasia yang ada di
balik zat (Allah) itu, karena kenyataan ini merupakan kunci semua pertanyaan.
Dengan kunci ini, semua rahasia dibuka. Orang menjadi mudah memahami banyak hal
yang sebelumnya sulit dipahami.
Seperti yang
kita ketahui, pertanyaan tentang kematian, neraka, akhirat, perubahan dimensi,
dan pertanyaan seperti di mana Allah, apa yang sebelum Allah, siapa pencipta
Allah, berapa lama kehidupan di alam kubur berlangsung, Di mana surga dan
neraka, dan di mana surga dan neraka saat ini berada, mudah dijawab. Akan
terpahami jenis tatanan seluruh alam yang diciptakan oleh Allah dari ketiadaan,
semakin banyak semakin begitu. Dengan rahasia ini, pertanyaan
"kapan" dan "di mana" menjadi tak berarti karena
tiada lagi waktu dan tempat. Bila ketiadaan ruang dimengerti, akan dipahami
bahwa neraka, surga, dan bumi semuanya itu sebenarnya ada di tempat yang
sama. Jika ketiadaan waktu dimengerti, akan dipahami bahwa segala hal
terjadi pada satu kejadian: ketiadaan itu ditunggu dan waktu tidak
berlalu, karena segala sesuatu telah terjadi dan selesai.
Dengan
terselidikinya rahasia ini, dunia menjadi seperti surga bagi orang beriman
dan orang yang beramal saleh. Segala kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan
material yang menyusahkan akan lenyap. Orang mengerti bahwa segenap alam
memiliki kedaulatan tunggal, bahwa Ia mengubah seluruh dunia fisik sekehendak
Dia dan bahwa yang wajib dilakukan oleh manusia adalah kembali kepada-Nya. Lalu
ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Memahami rahasia ini merupakan pahala terbesar di dunia
ini.
Dengan rahasia
ini, kenyataan lain yang sangat penting yang disebutkan di dalam Al-Qur'an
tersingkap dalam firman Allah QS, Qaaf ayat 16:
ôs)s9ur $uZø)n=yz z`»|¡SM}$# ÞOn=÷ètRur $tB â¨Èqóuqè? ¾ÏmÎ/ ¼çmÝ¡øÿtR ( ß`øtwUur Ü>tø%r& Ïmøs9Î) ô`ÏB È@ö7ym ÏÍuqø9$#
Artinya:
“Dan Sesungguhnya kami
Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS, Qaaf, 16)
Sebagaimana
yang kita ketahui, urat leher itu di dalam tubuh. Apa yang dapat lebih dekat
dengan seseorang daripada isi tubuh di dalamnya. Situasi ini bisa mudah
dijelaskan dengan realitas ketiadaan tempat. Ayat ini juga bisa dipahami dengan
lebih baik dengan memahami rahasia ini.
Hal ini
merupakan kebenaran sederhana. Harus
ditegakkan dengan baik bahwa tiada penolong dan penyedia bagi manusia selain
Allah.
Tidak ada apa pun kecuali Allah, Allah satu-satunya keberadaan mutlak
yang dapat dimintai perlindungan, yang dapat dimohoni pertolongan dan pahala. Ke mana pun kita menghadap, di situ ada keberadaan Allah.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam catatan sejarah islam, iman
dan amal saleh ditandai dengan adanya penekanan pada persoalan-persoalan
kerohanian (jiwa) dan kaitannya dengan kode etik (akhlak).
Persoalan-persoalan itu berkisar pada sifat-sifat kebijakan dan kebahagian
jiwa, tiga daya jiwa dan pengaruhnya pada perilaku, kontrol jiwa atau penyucian
jiwa melalui iman dan amal saleh, disiplin dan hubungannya dengan masyarakat
sehingga jiwa terbebas dari segala kejahatan mencapai kesempurnaan dan
kebahagian yang tertinggi dan mampu membawa kita menuju rumah yang dijanjikan
Allah yaitu surga.
Apabila
dilihat dalam koteks kehidupan diera dunia modern saat ini, yang ditandai
dengan terjadinya perubahan dalam aspek kehidupan, termasuk dalam hal ini iman
dan amal saleh dan kehidupan beragama, maka
menjadikan semua bentuk tatanan kehidupan yang dianggap telah mapan,
tidak terkecuali bentuk-bentuk keputusan moral dan kode etik (akhlak)
yang selama ini telah diyakini kebenarannya mulai dipertanyakan secara kritis
dan rasional.
Persoalan-persoalan
mengenai iman dan amal saleh tidak lagi dapat dijawab hanya sebatas merujuk
kepada suatu norma atau aturan yang telah berlaku demikian adanya, akan tetapi
mesti dijawab dengan menggunakan alasan-alasan yang logis, sehingga dapat
diketahui alasan-alasan untuk setiap keputusan dan perbuatan.
Dilihat
dari perspektif islam, tentulah jawaban-jawaban rasional semata mengenai iman
dan beramal saleh yang terlepas dari
nilai-nilai agama tentu tidak dinginkan, karena keadaan seperti ini
tidak kalah lebih jeleknya dari jawaban bentuk keputusan yang semata-mata hanya
merujuk kepada norma yang tidak diiringi dengan penjelasan yang rasional
seperti disinggung diatas. Upaya manusia memaksimalkan daya-daya jiwanya dalam
mencapai akhlak yang baik dan beriman
yang sebenar-benarnya baik itu kepada Allah maupun kepada manusia dalam
kehidupan modern ini.
B.
Rumusan
masalah
Rumusan masalah merupakan sesuatu
yang sangat penting sekali yang diharapkan mampu dalam sistematisasi isi dari
seluruh proses penulisan makalah agar permasalahan ini tidak melebar. Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
- Apa yang dimaksud dengan iman dan amal saleh secara istilah dalam pandangan islam.
- Bagaimana tatacara seorang muslim beriman secara ideal menurut pandangan Al-Qur’an. Secara singkat, bagaimana seseorang beriman yang ideal diharapkan bertingkah laku secara sosial dan relegius. Ini semua merupakan permasalahan yang paling penting yang harus kita tanyakan mengenai iman, dan tidak hanya secara umum tetapi juga dari sudut pandang kita yang spesifik, karena jawaban-jawaban atas pertanyaan itu akan menentukan isi sematik dari makna kata iman (percaya) dan orang yang beriman dalam konteks Al-Qur’an.
- Apa Hubungan antara iman dan amal saleh menurut pandangan Al-Qur’an, bahwasannya ikatan yang paling kuat dari hubungan yang sematik yang mengikat saleh dan iman bersama-sama yang hampir tidak dapat terpisahkan.
- Rumah apa yang dijanjikan Allah SWT atau balasan (pahala) apa yang akan didapat bagi orang-orang yang beriman dan bagi orang-orang yang beramal saleh.
- Seperti apa surga dan apa yang ada di dalam surga menurut pandangan Al-Qur’an.
C.
Tujuan
Iman dan amal saleh
mempunyai ikatan yang sangat kuat dalam suatu unit yang hampir tidak dapat
dipisahkan, seperti bayangan yang mengikuti bentuk bendanya, di manapun ada
iman maka terdapatlah amal saleh. Setiap kaum muslim yang beriman dan selalu
melakukan amal-amal saleh akan di beri balasan yang baik oleh Allah SWT yaitu
surga, seperti firmanya dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d
ayat 29.
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# 4n1qèÛ óOßgs9 ß`ó¡ãmur 5>$t«tB ÇËÒÈ
Artinya :
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”. (QS,
Ar-Ra’d, 29)
Makalah ini dibuat dengan memiliki
tujuan-tujuan penting yang sangat tepat dan bermanfaat bagi setiap pembaca dan
kaum muslim. Adapun tujuan-tujuan dari makalah ini diantaranya:
Pertama,
untuk menunjukkan atau menjelaskan makna iman dan amal saleh serta balasan bagi
orang-orang yang mengamalkanya, dan juga menjelaskan ketentraman-ketentraman
hati bagi mereka, dengan menggunakan sumber utama, yaitu; Al-Qur’an dan Al-Hadits Nabi, dan
menyoroti ide-ide dasarnya dalam bidang doktrin, ibadah, etika atau akhlak, dan
perundang-undangan.
Kedua,
tujuan utama di balik makalah ini dan yang paling penting adalah untuk merespon
atau menarik simpati bagi pembaca dan kaum muslim agar mereka selalu beramal
baik (saleh) dan juga bisa menambah atau memperkuat iman mereka, karena
iman dan amal saleh itu termasuk akhlak atau etika kita kepada Allah dan kepada
manusia.
Ketiga,
tujuan yang ketiga ini adalah agar para pembaca dan kaum muslim tahu bagaimana
cara beriman dan beramal saleh yang sebenarnya. Dan apa tujuan kita beriman dan
beramal saleh, karena keduanya tersebut adalah obat hati yang akan membawa kita
kepada kesehatan jiwa dan kesucian hati.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan dalam makalah ini dapat diambil kesimpulkan sebagai berikut:
1.
Iman, percaya
atau yakin dan amal saleh itu merupakan inti dari lingkup sifat moral
yang positif atau akhlak yang baik. Iman adalah sumber utama dari semua
kebaikan islam, iman itu menciptakan semua kebaikan itu, dan tidak ada kebaikan
dalam pemikiran islam, yang tidak didasarkan pada keyakinan penuh akan Allah,
rasulnya, malaikatnya, wahyunya, dan juga kepada kodha dan kodar-Nya.
2.
Bahwasannya
iman dan amal saleh adalah satu kesatuan yang hampir tidak dapat dipisahkan.
Seperti bayangan yang mengikuti bentuk bendanya, di manapun ada iman maka
terdapatlah amal saleh. Setiap kaum muslim yang beriman dan selalu melakukan
amal-amal saleh akan diberi balasan yang baik oleh Allah SWT yaitu surga.
3.
Tipe-tipe orang yang beriman dalam
pandangan Al-Qur’an, atau bagaimana seharusnya gambaran karakteristik dari
iman. Secara singkat, bagaimana seseorang beriman yang ideal diharapkan
bertingkah laku secara sosial dan relegius. Orang yang
beriman dalam pengertian kata yang benar sebagai orang yang benar-benar saleh,
yang di dalam hatinya selalu disebutkan asma Allah, dan ini cukup untuk membangkitkan
rasa khidmat yang mendalam, serta orang yang keseluruhan hidupnya ditentukan
oleh dorongan hatinya yang benar-benar mendalam.
4.
Surga adalah tempat yang dijanjikan bagi kaum muslim atas
keimanan dan amal saleh mereka kepada Allah dan ketaatan mereka kepada-Nya. Allah
menghadiahkan surga bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh sebagai
pahala atas amal mereka di dunia. Surga adalah tempat pengungkapan sifat
pemurah Allah (kemurahan yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang
beriman dan beramal saleh kepada Yang Maha Pemurah).
B.
Saran
dan Kritik
Sebaik-baik iman dan amal saleh,
ialah semangat mencari kebenaran yang lapang dan kebenaran yang luas, tidak
sempit, toleran, tanpa kefanatikan, dan tidak membelenggu jiwa. Sebab itu iman
dan amal saleh harus di pahami sebagai
rasa syukur dan rasa cinta kita kepada Allah SWT. Yang intinya ialah sikap
hidup yang berserah diri (tawakal) kepada Tuhan. Iman dan amal saleh
adalah sebuah akhlak atau etika kita kepada Allah dan kepada manusia.
Pemahaman kita kepada iman dan
amal saleh adalah pemahaman yang terbuka, yang karena keterbukaannya itu
bersikap inklusif dan mampu membawa kita menuju jalan kebenaran dan menuju
kepada rumah yang telah dijanjikan oleh Allah SWT yaitu surga.
Pada masyarakat pluralistik dan
relijius seperti Indonesia yang hidup dengan beragam keyakinan, budaya, dan
strata sosial, iman dan amal saleh yang secara tegas menuntun dan membedakan antara
pengembangan perilaku moral dogmatis dan perilaku moral etis untuk membentuk
cara hidup yang lebih baik dan bijak, akan sangat memungkinkan untuk dijadikan
sebagai inspiratif pengembangan akhlak atau kode etik di antara
komunitas-komunitas masyarakat Indonesia dengan karakteristiknya, inilah yang
menjadi pesan dasar yang utama dalam makalah ini.
Saya sadar, jika penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan maka saya mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk
kesempurnaan tugas-tugas selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Husen, Agus Fahri.
2003. Konsep-Konsep Etika Religius Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta:
PT TIARA WACANA YOGYA.
M. Amril, Dr.MA. 2002.
Etika Islam Pemikiran Filsafat Moral Raqhib Al-Isfahani. Yogyakarta: PT PUSTAKA PELAJAR
Anis Matta, M.,H.Lc.
2002. Model Manusia Muslim. Bandung:
PT SYAAMIL CIPTA MEDIA.
Madjid, Nurcholis.
2002. Pintu-Pintu Menuju Surga. Jakarta
Selatan: PT PARAMADINA
Yahya, Harun. 2005. Memahami Allah Melalui Akal.
E-Mail: Muhshodiq@ Yahoo.
Com.
BALASAN
BAGI ORANG YANG BERIMAN
DAN
BERAMAL SALEH
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu
Akhlak
Yang dibimbing oleh Bapak Drs. H. Achmad
Makmur, SH, M.Pdi.
Oleh:
Khoiri Fadli
(084 081 168)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
Juni, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar