Senin, 09 April 2012

Makalah Bimbingan Konseling


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya (the process of helping individuals to understand themselves and their world) dan konseling diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan lingkuangan dengan penuh berarti, dan menghasilakan pembentukan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai perilaku di masa mendatang (an interaction process that facilitates meaningfull understanding of self and environment, and result in the establilshment or clarification of goals an values for future behavior)[1].
Bertumpu pada pengertian diatas, bimbingan dan konseling akan sangat membantu lancaranya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi pada masa sekarang ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami problematika-problematika kehidupan. Keadaan seperti ini sangat sekali membutuhkan suatu wadah(bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk mampu membantu para kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa terus mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan secara khusus peran bimbingan dan konseling dalam sekolah. Karena dari beberapa literature yang penulis temukan, bimbingan dan konseling di sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tercapainya tujuan dari pendidikan. Selain itu juga sangat jarang sekali ditemukan bimbingan-bimbingan di luar institusi pendidikan.
Dengan itu penulis merasa sangat urgen sekali untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai bekal bagi para pembaca khususnya bagi penulis untuk menjadi seorang guru yang professional.
B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah?
  2. Bagaimana peran bimbingan dan konseling di sekolah?

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Semua lembaga pendidikan sekolah berpedoman pada tujuan pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar pembangunan nasional. Cita-cita nasional seperti tercantum pada pembukaan undan g-undang dasar 1945, ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Untuk mencapai cita-cita itu, dilaksanakan pembangunan nasioanal yang merupakan rangkaian sejumlah program kegiatan di segala bidang yang berlangsung secara terus menerus. Hakikat pembangunan nasional ialah pengembangan manusia seutuhnya  dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Pembanguna dibidang pendidikan jelaslah merupakan bagian intregral dari pembangunan nasional itu[2].
Dalam institusi pendidikan, untuk mencapai perkembangan peserta didik yang optimal, lembaga pendidikan pada dasarnya membina tiga usaha pokok[3], yaitu :
  1. Bidang pengajaran. Fungsi bidang ini ialah membekali siswa dengan pemahaman dan pengethuan, nilai dan sikap, serta keterampilan  yang dirancang dalam kurikulum pengajaran, baik melalui kegiatan kurikuler maupun kokurikuler. Bidang pengajran adalah bidang inti di sekolah karena pendidikan sekolah terutama  dilaksanakan lewat bidang pengajaran[4].
  2. Bidang administrasi dan kepemimpinan. Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien. Didalam bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas staf dan pengawasan. Pada umumnya tugas ini menjadi tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya.
  3. Bidang pembinaan siswa. Bidang ini memberikan pelayanan kepada siswa dalam hal-hal yang tidak ditangani dalam rangka programpengajaran, namun diperlukan oleh siswa.serta memberi pelayanan agar peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Bidang ini terasa penting sekali sebab proses belajar hanya akan berhasil dengan baik, apabila para peserta didik berada dalam keadaan sejahtera, sehat dan dalam suasana tahap perkembangan yang opimal[5].
Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, hendaknya mencakup ketiga biding tersebut. Sekolah atau lembaga pendidikan yang hanya menjalankan program kegiatan intruksional (pengajaran) dan administrasi saja, tanpa memperhatikan kegiatan bidang pembinaan pribadi peserta didik, mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan cakap, serta bercita-cita tinggi, tetapi mereka kurang mampu dalam memahami potensi yang dimilikinya, dan kurang / tidak mampu untuk mewujudkan dirinya dalam kehidupan masyarakat.
Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kegagalan dan kesuksesan sewaktu terjun ke masyarakat atau lapangan kerja, meskipun nilai rapor atau IP yang diperolehnya cukup tinggi. Hal inilah penyebab timbulnya apa yang sering disebut sebagai pengangguran intelektual atau sarjana tidak siap pakai[6].
Selain itu timbulnya berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-pbatan terlarang dan psikotropika, perilaku sesksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian dan lain sebagainya, menunjukkan bahwa tujuan pendidikan belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan berbagai persoalan tersbut[7].
Dalam kondisi yang seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Melalui program pelayanan bimbingan dan konseling yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan mendapat kesempatan untuk megembangkan setiap potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga mereka dapat menemukan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa program pelayanan bimbingan dan konseling berusaha untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-citanya serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.
Disebutkan juga  bahwa hal yang menimbulkan kebutuhan akan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah demokratisasi dalam bidang pendidikan yang mengakibatkan peserta didik dari berbagai lapisan  dan suku dalam masyarakat akan saling bertemu di gedung sekolah serta dihadapkan pada tuntunan untuk saling mengerti dan saling menerima. Perkembangan teknologi, yang mengakibatkan variasi besar dalam kesempatan dan tempat mendapat pekerjaan serta dapat menyebabkan pengangguran karena tenaga manusia diganti dengan tenaga  mesin. Diferensiasi dalam program-program pendidikan sekolah yang menimbulkan kesulitan bagi peserta didik dalam program pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya[8].
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta didik dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling. Dikatakan demikian karena beberapa alasan sebagai berikut:
1.      ada beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran yang tidak mungkin diselesaikan hanya oleh guru / dosen sebagai staf pengajar, karena pada umumnya guru atau dosen lebih banyak menggunakan waktunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan pengajaran. Masalah tersebut misalnya, pengumpulan data tentang peserta didik. Penyelesaian masalah pribadi atau social dan lain sebagianya.
2.      pekerjaan menyelesaikan masalah pribadi dan social kadang-kadang memerlukan keahlian tersendiri. Penangan masalah ini akan sangat sulit dilaksanakan oleh staf pengajar yang telah dibebani tugas dalam bidang intruksioanl.
3.      dalam situasi tertentu kadang-kadang terjadi konflik antara peserta didik dengan guru / dosen, sehingga dalam situasi tersebut sangat sulit bagi guru / dosen untuk menyelesaikannya sendiri. Untuk itu perlu adanya pihak ketiga yang dapat membantu penyelesaian konflik tersebut.
4.      dalam situasi tertentu juga dirasakan perlunya suatu wadah atau lembaga untuk menampung dan menyelesaikan masalah-masalah peserta didik yang tidak dapat tertampung dan terselesaikan oleh peserta didik. Misalnya, bila ada seorang siswa yang menghadapi masalah pribadi yang cukup serius. Para peserta didik kadang-kadang merasa bukan wewenangnya untuk membantu peserta didik tersebut. Sehingga bilamana bidang pembinaan pribadi bimbingan dan konseling tidak ada atau tidak berfungsi, peserta didik tersebut akan tetap dalam keadaan bermasalah, karena tidak adanya wadah dan tenaga yang dapat membantunya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya[9].
Dari uraian terdahulu jelaslah bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan, program bimbingan dan konseling merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan pada umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang ini, dimana fungsi sekolah atau lembaga pendidikan formal tidak hanya membekali para siswa dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mempersiapkan para peserta didik untuk memenuhi tuntutan peerubahan serta kemajuan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Sebagaimana dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa perubahan dan kemajuan ini akan menimbulkan masalah, khususnya bagi para peserta didik itu sendiri dan umumnya bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam dunia pendidikan. Para peserta didik akan menghadapi masalah pemilihan spesialisasi, pemilihan jurusan, pemilihan program, msalah belajar, masalah penyesuaian diri, masalah pribadi dan social dan lain sebagainya yang membutuhkan penanganan dan bantuan dari bidang pembinaan pribadi yang m erupakan bagian integral dari keselurhan system pendidikan nasional.
Dari pembahasan di atas, dapatlah ditemukan kedudukan pelayanan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah, yaitu sebagai salahsatu upaya pembinaan pribadi peserta didik.
B.     Urgensi Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan
Berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan, obat-obatan dan lain sebagainya, menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang slah satu upaya pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu memecahkan berbagai persoalan tersebut. Oleh karma itu upaya yang harus dilakukan adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan di luar situasi proses pembelajaran.
Selain alasan di atas, ada beberapa alasan mengapa pelayanan bimningan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah dan madrasah, alasan tersebut adalah :
Pertama, perkembangan IPTEK. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian cepat menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti social, budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya.
Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat perkembangan IPTEK juga berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah.sebagai lembaga pendidikan formal, seklah dan madrasah bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan masalah secara mandirir. Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Kedua, makna dan fungsi pendidikan. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain itu kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan erat dengan pandangan akan hakikat dan karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan bimbigan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa pendidikan merupakan upaya untuk mencapai perwujudan manusia secara keseluruhan dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Ketiga, guru. Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajaran tugas utama guru selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Fungsi sebagai pengajar sekaligus pembimbing terintegrasi dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Untuk menjalan tugas ini secara efektif, guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun spikis.
Keempat, faktor psikologis. Dalam proses pendidikan di sekolah termasuk madrasah, siswa merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan konseling di sekolah maupun dimadrasah, yaitu[10] :
1.      Masalah perkembangan individu.
2.      Masalah perbedaan individu
3.      Masalah kebutuhan individu
4.      Masalah penyesuaian diri.
5.      Masalah belajar.
C.    Peran Bimbingan dan Konseling dalam Sekolah
Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagaimana telah dijelaskan di atas bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah. Hal ini berarti bahwa tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan tertentu diharapkan mampu mencetak manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli, baik secara akademis maupun professional. Ditinjau dari segi tujuan pendidikan nasionalyang telah digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, dikemukakan bahwa ” pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupapn bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia  yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yangmaha esa, berakhlalk mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab[11].
Bila dijabarkan lebih lanjutnya, maka dalam hal kualifikasi ahli para tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan sekurang-kurangnya memiliki empat kompetensi pokok, yaitu kompetensi religious, kompetensi akademis atau profesional, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi sosial.
Kompetensi religious yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri agar tidak  melanggar perintah Allah SWT dan sebaliknya, tidak memperturutkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.
Kompetensi akademis atau profesional adalah kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dimiliki sesuai dengan bidangnya masing-masing serta pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam kompetensi akademis atau professional ini adalah kompetensi dalam melakukan tanggung jawab sesuai dengan keahliannya.
Sedangkan kompetensi kemanusiaan atau individual adalah kemampuan para tamatan suatu lembaga pendidikan agar mampu mewujudkan dirinya sebagai pribadi ayang mandiri untuk melakukan transformasi diri dan pemahaman diri. Pencapaian kompetensi ini erat kaitannya dengan pencapaian kematangan dalam aspek intelektual, emosional dan sosial.
Kompetensi kemasyarakatan adalah komampuan para tamatan sekolah atau lembaga pendidikan untuk memahami bahwa dirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengemban tugasnya sebagai anggota masyarakat dan warga Negara Indonesia.
Keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah jelas dan seharusnya diarahkan untuk mencapai terwujudnya keempat kompetensi itu pada setiap peserta didiknya. Dapat dipahami tanpa masuknya pelayanan bimbingan dan konseling ke dalam system pendidikan, para lulusannya mungkin hanya mampu memiliki kompetensi akademis saja, sarat dengan pemilikan ilmu pen getahuan dan tehnologi, ahli dan professional dalam bidangnya, akan tetapi tidak memiliki kompetensi kemanusiaan dan social. Sehingga mereka tidak memiliki kemampuan transformasi diri, kematangan intelektual dan emosional dan mereka justru seperti menara gading ditengah masyarakatnya dan tidak jarang mereka justru menjadi bingung dan tergantung pada pihak lain setelah menjadi sarjana.
Dalam rangka itu, secara umum dapat dilihat peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003. Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi akademik dan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
Secara operasional peranan yang dimainkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan seperti yang dikemukakan di atas akan terwujud dalam tujuan dan fungsinya.
   















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai alat untuk Pemahaman terhadap perkembangan siswa dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi dan proses pembelajaran yang membantu siswa mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru Perkembangan siswa di sekolah meliputi aspek-aspek fisik, kecerdasan, emosi, sosial dan kepribadian. Kenyataan menunjukan bahwa pada setiap siswa memiliki karakteristik pribadi atau perlaku yang relatif berbeda dengan siswa lainnya. Keragaman perilaku ini mengandung implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap siswa.
peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003. Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi social, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi akademik dan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.









DAFTAR PUSTAKA

Hallen a. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pres. 2005.
Tohirin. Bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah (berbasis intregasi).Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007.
Winkel dan M.M. Sri Hastutui. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.  Yogyakarta : Media Abadi. 2004.


















MAKALAH
PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bimbingan dan Konseling








Oleh :
          Khoiri Fadli                 084 081 168
 

Dosen Pembimbing
Drs. Sarwan, M.Pd.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
Januari, 2010


[1] W.s. winkel dan M.M. Sri Hastutui. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : 2004, 1
[2] ibid, 61
[3] Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005, 46
[4] W.s. winkel dan M.M. Sri Hastutui. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : 2004, 64
[5] Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005, 48
[6] Ibid, 85
[7] Drs. Tohirin, M. Pd. Bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah (berbasis intregasi) jakarta : 2007, 2
[8] W.s. Winkel dan M.M. Sri Hastutui. Bimbingan Dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : 2004, 46
[9] Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005. 42
[10] Drs. Tohirin, M. Pd. Bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah (berbasis intregasi) jakarta : 2007, 2-11
[11] Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005, 50

1 komentar: