BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan
dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya (the process of
helping individuals to understand themselves and their world) dan konseling
diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan
lingkuangan dengan penuh berarti, dan menghasilakan pembentukan atau penjelasan
tujuan-tujuan dan nilai perilaku di masa mendatang (an interaction process
that facilitates meaningfull understanding of self and environment, and result
in the establilshment or clarification of goals an values for future behavior)[1].
Bertumpu pada pengertian diatas, bimbingan dan
konseling akan sangat membantu lancaranya proses pembelajaran dalam suatu
lembaga pendidikan, apalagi pada masa sekarang ini, dimana para kaum muda sudah
banyak sekali mengalami problematika-problematika kehidupan. Keadaan seperti
ini sangat sekali membutuhkan suatu wadah(bimbingan dan konseling terutama di
sekolah) untuk mampu membantu para kaum muda agar ia bisa mengatasi
problematika yang ada sehingga ia bisa terus mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan secara
khusus peran bimbingan dan konseling dalam sekolah. Karena dari beberapa
literature yang penulis temukan, bimbingan dan konseling di sekolah sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan tercapainya tujuan dari pendidikan. Selain
itu juga sangat jarang sekali ditemukan bimbingan-bimbingan di luar institusi
pendidikan.
Dengan itu penulis merasa sangat urgen sekali untuk
mengetahui peran bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai bekal bagi para
pembaca khususnya bagi penulis untuk menjadi seorang guru yang professional.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah?
- Bagaimana peran bimbingan dan konseling di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Semua lembaga pendidikan sekolah berpedoman
pada tujuan pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar pembangunan nasional.
Cita-cita nasional seperti tercantum pada pembukaan undan g-undang dasar 1945,
ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Untuk mencapai
cita-cita itu, dilaksanakan pembangunan nasioanal yang merupakan rangkaian
sejumlah program kegiatan di segala bidang yang berlangsung secara terus
menerus. Hakikat pembangunan nasional ialah pengembangan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia.
Pembanguna dibidang pendidikan jelaslah merupakan bagian intregral dari pembangunan
nasional itu[2].
Dalam institusi pendidikan, untuk mencapai
perkembangan peserta didik yang optimal, lembaga pendidikan pada dasarnya
membina tiga usaha pokok[3],
yaitu :
- Bidang pengajaran. Fungsi bidang ini ialah membekali siswa dengan pemahaman dan pengethuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang dirancang dalam kurikulum pengajaran, baik melalui kegiatan kurikuler maupun kokurikuler. Bidang pengajran adalah bidang inti di sekolah karena pendidikan sekolah terutama dilaksanakan lewat bidang pengajaran[4].
- Bidang administrasi dan kepemimpinan. Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien. Didalam bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas staf dan pengawasan. Pada umumnya tugas ini menjadi tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi lainnya.
- Bidang pembinaan siswa. Bidang ini memberikan pelayanan kepada siswa dalam hal-hal yang tidak ditangani dalam rangka programpengajaran, namun diperlukan oleh siswa.serta memberi pelayanan agar peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Bidang ini terasa penting sekali sebab proses belajar hanya akan berhasil dengan baik, apabila para peserta didik berada dalam keadaan sejahtera, sehat dan dalam suasana tahap perkembangan yang opimal[5].
Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, hendaknya
mencakup ketiga biding tersebut. Sekolah atau lembaga pendidikan yang hanya
menjalankan program kegiatan intruksional (pengajaran) dan administrasi saja,
tanpa memperhatikan kegiatan bidang pembinaan pribadi peserta didik, mungkin
hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan cakap, serta bercita-cita
tinggi, tetapi mereka kurang mampu dalam memahami potensi yang dimilikinya, dan
kurang / tidak mampu untuk mewujudkan dirinya dalam kehidupan masyarakat.
Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kegagalan
dan kesuksesan sewaktu terjun ke masyarakat atau lapangan kerja, meskipun nilai
rapor atau IP yang diperolehnya cukup tinggi. Hal inilah penyebab timbulnya apa
yang sering disebut sebagai pengangguran intelektual atau sarjana tidak siap
pakai[6].
Selain itu timbulnya berbagai fenomena perilaku
peserta didik dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-pbatan terlarang
dan psikotropika, perilaku sesksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian
hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian dan lain sebagainya,
menunjukkan bahwa tujuan pendidikan belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan
berbagai persoalan tersbut[7].
Dalam kondisi yang seperti inilah dirasakan perlunya
pelayanan bimbingan dan konseling yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu
para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses
pendidikan yang sedang ditempuhnya. Melalui program pelayanan bimbingan dan
konseling yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan mendapat kesempatan
untuk megembangkan setiap potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga
mereka dapat menemukan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Dengan
demikian juga dapat dikatakan bahwa program pelayanan bimbingan dan konseling
berusaha untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan
cita-citanya serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.
Disebutkan juga
bahwa hal yang menimbulkan kebutuhan akan pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah adalah demokratisasi dalam bidang pendidikan yang mengakibatkan
peserta didik dari berbagai lapisan dan
suku dalam masyarakat akan saling bertemu di gedung sekolah serta dihadapkan
pada tuntunan untuk saling mengerti dan saling menerima. Perkembangan
teknologi, yang mengakibatkan variasi besar dalam kesempatan dan tempat
mendapat pekerjaan serta dapat menyebabkan pengangguran karena tenaga manusia
diganti dengan tenaga mesin.
Diferensiasi dalam program-program pendidikan sekolah yang menimbulkan
kesulitan bagi peserta didik dalam program pendidikan yang sesuai dengan
kemampuannya[8].
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi
peserta didik dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai
keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling. Dikatakan demikian karena
beberapa alasan sebagai berikut:
1. ada
beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran yang tidak mungkin
diselesaikan hanya oleh guru / dosen sebagai staf pengajar, karena pada umumnya
guru atau dosen lebih banyak menggunakan waktunya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam kegiatan pengajaran. Masalah tersebut misalnya,
pengumpulan data tentang peserta didik. Penyelesaian masalah pribadi atau
social dan lain sebagianya.
2. pekerjaan
menyelesaikan masalah pribadi dan social kadang-kadang memerlukan keahlian
tersendiri. Penangan masalah ini akan sangat sulit dilaksanakan oleh staf
pengajar yang telah dibebani tugas dalam bidang intruksioanl.
3. dalam
situasi tertentu kadang-kadang terjadi konflik antara peserta didik dengan guru
/ dosen, sehingga dalam situasi tersebut sangat sulit bagi guru / dosen untuk
menyelesaikannya sendiri. Untuk itu perlu adanya pihak ketiga yang dapat
membantu penyelesaian konflik tersebut.
4. dalam
situasi tertentu juga dirasakan perlunya suatu wadah atau lembaga untuk
menampung dan menyelesaikan masalah-masalah peserta didik yang tidak dapat
tertampung dan terselesaikan oleh peserta didik. Misalnya, bila ada seorang
siswa yang menghadapi masalah pribadi yang cukup serius. Para peserta didik
kadang-kadang merasa bukan wewenangnya untuk membantu peserta didik tersebut.
Sehingga bilamana bidang pembinaan pribadi bimbingan dan konseling tidak ada
atau tidak berfungsi, peserta didik tersebut akan tetap dalam keadaan
bermasalah, karena tidak adanya wadah dan tenaga yang dapat membantunya dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya[9].
Dari uraian terdahulu jelaslah bahwa dalam
keseluruhan proses pendidikan, program bimbingan dan konseling merupakan
keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan pada umumnya. Apalagi
dalam situasi sekarang ini, dimana fungsi sekolah atau lembaga pendidikan
formal tidak hanya membekali para siswa dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja,
tetapi juga mempersiapkan para peserta didik untuk memenuhi tuntutan peerubahan
serta kemajuan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Sebagaimana dikemukakan
pada uraian terdahulu bahwa perubahan dan kemajuan ini akan menimbulkan
masalah, khususnya bagi para peserta didik itu sendiri dan umumnya bagi
pihak-pihak yang terlibat di dalam dunia pendidikan. Para peserta didik akan
menghadapi masalah pemilihan spesialisasi, pemilihan jurusan, pemilihan
program, msalah belajar, masalah penyesuaian diri, masalah pribadi dan social
dan lain sebagainya yang membutuhkan penanganan dan bantuan dari bidang pembinaan
pribadi yang m erupakan bagian integral dari keselurhan system pendidikan
nasional.
Dari pembahasan di atas, dapatlah ditemukan
kedudukan pelayanan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program
pendidikan di sekolah, yaitu sebagai salahsatu upaya pembinaan pribadi peserta
didik.
B. Urgensi Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan
Berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini
seperti tawuran, penyalahgunaan, obat-obatan dan lain sebagainya, menunjukkan
bahwa tujuan pendidikan yang slah satu upaya pencapaiannya melalui proses
pembelajaran, belum sepenuhnya mampu memecahkan berbagai persoalan tersebut.
Oleh karma itu upaya yang harus dilakukan adalah melalui pendekatan bimbingan
dan konseling yang dilakukan di luar situasi proses pembelajaran.
Selain alasan di atas, ada beberapa alasan mengapa
pelayanan bimningan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama
dalam lingkup sekolah dan madrasah, alasan tersebut adalah :
Pertama, perkembangan IPTEK.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian cepat menimbulkan
perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti social, budaya,
politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya.
Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat
perkembangan IPTEK juga berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam
lingkup sekolah dan madrasah.sebagai lembaga pendidikan formal, seklah dan
madrasah bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan masalah secara mandirir.
Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Kedua, makna dan fungsi
pendidikan. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan
berkaitan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek
kehidupan. Selain itu kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan erat dengan
pandangan akan hakikat dan karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan
bimbigan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa
pendidikan merupakan upaya untuk mencapai perwujudan manusia secara keseluruhan
dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Ketiga, guru. Tugas dan
tanggung jawab utama guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar,
yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses
pembelajaran tugas utama guru selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing.
Fungsi sebagai pengajar sekaligus pembimbing terintegrasi dalam peran guru
dalam proses pembelajaran. Untuk menjalan tugas ini secara efektif, guru
hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun spikis.
Keempat, faktor psikologis.
Dalam proses pendidikan di sekolah termasuk madrasah, siswa merupakan
pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, siswa memiliki kebutuhan dan
dinamika dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual
antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar
belakang perlunya layanan bimbingan konseling di sekolah maupun dimadrasah,
yaitu[10]
:
1. Masalah
perkembangan individu.
2. Masalah
perbedaan individu
3. Masalah
kebutuhan individu
4. Masalah
penyesuaian diri.
5. Masalah
belajar.
C. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Sekolah
Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagaimana telah
dijelaskan di atas bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk
mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah. Hal
ini berarti bahwa tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan tertentu
diharapkan mampu mencetak manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli,
baik secara akademis maupun professional. Ditinjau dari segi tujuan pendidikan
nasionalyang telah digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia no.20
tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, dikemukakan bahwa ” pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupapn bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
yangmaha esa, berakhlalk mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab[11].
Bila dijabarkan lebih lanjutnya, maka dalam hal
kualifikasi ahli para tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan
sekurang-kurangnya memiliki empat kompetensi pokok, yaitu kompetensi religious,
kompetensi akademis atau profesional, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi
sosial.
Kompetensi religious yaitu kemampuan untuk
mengendalikan diri agar tidak melanggar
perintah Allah SWT dan sebaliknya, tidak memperturutkan segala sesuatu yang
dilarang oleh Allah SWT.
Kompetensi akademis atau profesional adalah
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dimiliki sesuai dengan
bidangnya masing-masing serta pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam kompetensi akademis atau
professional ini adalah kompetensi dalam melakukan tanggung jawab sesuai dengan
keahliannya.
Sedangkan kompetensi kemanusiaan atau individual
adalah kemampuan para tamatan suatu lembaga pendidikan agar mampu mewujudkan
dirinya sebagai pribadi ayang mandiri untuk melakukan transformasi diri dan
pemahaman diri. Pencapaian kompetensi ini erat kaitannya dengan pencapaian
kematangan dalam aspek intelektual, emosional dan sosial.
Kompetensi kemasyarakatan adalah komampuan para
tamatan sekolah atau lembaga pendidikan untuk memahami bahwa dirinya merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengemban tugasnya
sebagai anggota masyarakat dan warga Negara Indonesia.
Keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah jelas dan
seharusnya diarahkan untuk mencapai terwujudnya keempat kompetensi itu pada
setiap peserta didiknya. Dapat dipahami tanpa masuknya pelayanan bimbingan dan
konseling ke dalam system pendidikan, para lulusannya mungkin hanya mampu
memiliki kompetensi akademis saja, sarat dengan pemilikan ilmu pen getahuan dan
tehnologi, ahli dan professional dalam bidangnya, akan tetapi tidak memiliki
kompetensi kemanusiaan dan social. Sehingga mereka tidak memiliki kemampuan
transformasi diri, kematangan intelektual dan emosional dan mereka justru
seperti menara gading ditengah masyarakatnya dan tidak jarang mereka justru
menjadi bingung dan tergantung pada pihak lain setelah menjadi sarjana.
Dalam rangka itu, secara umum dapat dilihat peranan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan sesuai dengan urgensi dan
kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya
dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik
Indonesia no.20 tahun 2003. Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu
para peserta didik untuk mengembangkan kompetensi religius, kompetensi
kemanusiaan dan kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik
dalam pengembangan kompetensi akademik dan profesional sesuai dengan bidang
yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
Secara operasional peranan yang dimainkan oleh
pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan seperti yang dikemukakan di
atas akan terwujud dalam tujuan dan fungsinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah adalah
sebagai alat untuk Pemahaman terhadap perkembangan siswa dapat menjadi dasar
bagi pengembangan strategi dan proses pembelajaran yang membantu siswa
mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru Perkembangan siswa di sekolah
meliputi aspek-aspek fisik, kecerdasan, emosi, sosial dan kepribadian. Kenyataan
menunjukan bahwa pada setiap siswa memiliki karakteristik pribadi atau perlaku
yang relatif berbeda dengan siswa lainnya. Keragaman perilaku ini mengandung
implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap siswa.
peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam
pendidikan sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai
penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah digariskan melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003.
Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk mengembangkan
kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi social, serta
membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi akademik
dan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan
bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Hallen a. Bimbingan
dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pres. 2005.
Tohirin. Bimbingan dan
konseling disekolah dan madrasah (berbasis intregasi).Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. 2007.
Winkel dan M.M. Sri
Hastutui. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi. 2004.
MAKALAH
PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Matakuliah Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Khoiri
Fadli 084 081 168
Dosen
Pembimbing
Drs. Sarwan, M.Pd.
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
Januari, 2010
[1]
W.s. winkel dan M.M. Sri Hastutui. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : 2004, 1
[2]
ibid, 61
[3]
Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005, 46
[4]
W.s. winkel dan M.M. Sri Hastutui. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : 2004, 64
[5]
Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005, 48
[6]
Ibid, 85
[7]
Drs. Tohirin, M. Pd. Bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah
(berbasis intregasi) jakarta : 2007, 2
[8]
W.s. Winkel dan M.M. Sri Hastutui. Bimbingan Dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : 2004, 46
[9]
Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005. 42
[10]
Drs. Tohirin, M. Pd. Bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah
(berbasis intregasi) jakarta : 2007, 2-11
[11]
Dra. Hallen a., M.Pd. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : 2005, 50
terima ksih,,,n lumayan nih,,,buat tugas nih,,,,
BalasHapus